Oleh: Eddy Sindoro, MBA
udah banyak usaha yang dilakukan pemerintah dan
berbagai lembaga kesehatan [ rumah sehat (hospital) dan klinik kesehatan ] di
Indonesia melalui brosur-brosur, seminar-seminar untuk mendidik masyarakat awam
dan pelatihan-pelatihan untuk melatih pasien sehingga dapat memahami serta
mampu mengelola penyakit kronis. Khususnya penyakit kronis yang umum terjadi
seperti: penyakit jantung, kanker, diabetes, asma dan rematik.
Dengan bekal pengetahuan manajemen penyakit yang lebih
baik akan membuat pasien penyakit kronis lebih termotivasi untuk memahami
penyakitnya, mengelola penyakitnya, dan meminimalkan dampak negatifnya
berdasarkan pengetahuan ilmiah dan pengalaman praktik penderita lainnya serta
meningkatkan kualitas komunikasi dan kerja sama antara dokter dan pasien
sebagai satu tim yang efektif.
Seperti dijelaskan di sepanjang buku ini, Ankylosing
Spondylitis (AS) adalah penyakit rematik kronis yang membuat penderita merasa
kesakitan dan sampai saat ini belum ditemukan obatnya sehingga bisa membuat
penderitanya menderita stres berkepanjangan.
Karena perkembangan penyakit AS sangat lambat dan tidak kentara (perlu waktu
8-11 tahun hingga bisa didiagnosis dengan tepat), seringkali penyakit ini tidak
terdeteksi atau salah didiagnosis sebagai penyakit lainnya.
Selain itu, sedikit sekali informasi yang tersedia
tentang penyakit AS di Indonesia; sehingga menimbulkan berbagai asumsi dan
mitos yang tidak jarang malah membuat pasien AS yang sudah kelelahan (fatigue)
menghadapi akibat penyakit ini, mengalami depresi dan tergoda untuk melakukan
terapi alternatif yang tidak tepat dan/atau terkadang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
Buku yang ditulis berdasarkan hasil riset tentang ilmu
pengetahuan AS terkini dari para ahli AS di Jerman, Inggris dan Amerika Serikat
ini adalah satu contoh nyata dari hasil karya dua orang pasien AS yang memilih
untuk tidak menyerah dan berupaya untuk berstrategi sebenar dan sebaik mungkin
untuk menghadapi bahkan dengan harapan suatu kali mampu mengatasinya; yang
bermotif luhur untuk menolong sesama pasien AS dan menginspirasi setiap insan
kesehatan terkait untuk memahami penyakit yang berprevalensi 1 dari 200 orang
ini dari sudut pandang seorang penderita AS.
Saya yakin dan berharap buku ini akan menjadi berkat
besar bagi setiap pasien AS, pendamping dan sanak keluarga serta praktisi
kesehatan di Indonesia yang berminat memahami AS dalam bahasa yang mudah
dimengerti.
Kiranya buku ini juga dapat memotivasi dokter-dokter
spesialis di Indonesia untuk menulis berbagai buku manajemen berbagai penyakit
dari sudut pandang kedokteran dengan bahasa awam, sehingga meningkatkan
kualitas komunikasi dokter dan pasien untuk membantu membangun dan mencapai
pola hidup sehat yang lebih bermutu di Indonesia.
Eddy Sindoro, MBA